Belakangan ini, kata Inflasi amat sering kita dengar di televisi, berita di radio atau surat kabar yang kita baca. Keadaan ini dimulai saat pemerintah mulai mengumumkan rencana kenaikan harga BBM. Satu demi satu harga - harga kebutuhan pokok mulai mengalami kenaikan bahkan di beberapa daerah mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Lalu apa sih sebenarnya inflasi itu...?..Apa hubungannya dengan kenaikan harga BBM yah...? Kalo pengen tau, lanjut baca uraian berikut ini yaaa...:)))
A. Gambaran umum tentang INFLASI
Seperti telah diketahui, secara teoritis,
pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga (barang dan
jasa) umum yang terjadi secara terus menerus. Data mengenai perkembangan
harga dapat didasarkan pada cakupan barang dan jasa secara komponen
pembentuk PDB (deflator PDB), cakupan barang dan jasa yang
diperdagangkan antara produsen dengan pedagang besar atau antar pedagang
besar (Indeks Harga Perdagangan Besar/IHPB), ataupun cakupan barang dan
jasa yang dijual secara eceran dan dikonsumsi oleh sebagian besar
masyarakat (Indeks Harga Konsumen/IHK). Dalam kaitan ini, cara
penghitungan inflasi didasarkan pada perubahan indeks pada periode
tertentu dengan indeks periode sebelumnya. Sebagai contoh, laju inflasi
bulanan dihitung dari perubahan indeks bulan ini dari indeks bulan
sebelumnya, sementara inflasi tahunan dihitung dari indeks pada bulan
yang sama dari tahun sebelumnya.
Dengan diberlakukannya UU No.23
Tahun 1999 tersebut, sejak tahun 2000 Bank Indonesia pada mulanya
menetapkan sasaran inflasi pada awal tahun yang akan dicapinya untuk
yahun yang bersangkutan. Sasaran ditetapkan untuk inflasi yang diukur
dengan indeks harga konsumen (IHK) dengan mengeluarkan dampak dari
kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah di bidang
harga dan pendapatan (administered prices and income policy). Sebagai
contoh, sasaran inflasi ditetapkan sebesar 3-5%.
Seperti dikemukakan
diatas, penentuan sasaran inflasi dilakukan dengan memperhatikan prospek
ekonomi makro dan karenanya didasarkan pada perkembangan dari proyeksi
arah pergerakan ekonomi kedepan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa terdapat ketidaksesuaian (trade-off) antara pencapaian inflasi
yang rendah dengan keinginan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi
lebih tinggi. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia tidak ingin menargetkan
inflasi yang terlalu rendah karena dapat menghambat pemulihan ekonomi
nasional. Untuk ini dengan menggunakan model-model makroekonomi yang
dikembangkan, Bank Indonesia menganalisis dan memproyeksi beberapa laju
pertumbuhan ekonomi kedepannya, dengan berbagai komponen-komponennya dan
komposisinya yang didorong oleh sisi permintaan dan dari sisi
penawaran. Dengan cara ini, dapat diukur kecenderungan terjadinya
kesengajaan antara besarnya permintaan dengan penawaran agregat (yang
diukur dengan output potensial), atau yang sering disebut output gap
‘kesenjangan output’. Besarnya output gap inilah yang diperkirakan akan
menentukan besarnya tekanan terhadap inflasi kedepannya.
Perubahan
kewenangan penetapan sasarn inflasi tersebut diperkirakan tidak akan
mengubah secara mendasar jenis dan besarnya sasaran inflasi. Hal ini
mengingat selama ini telah terjadi koordinasi yang baik antara
pemerintah dan Bank Indonesia, khususnya dalam penetapan asumsi-asumsi
variable ekonomimakro dalam proses penyusunan APBN yang didalamnya
termasuk besarnya laju inflasi ke depan. Barangkali yang diperlukan
adalah pembakuan mekanisme koordinasi yang selama ini telah terjalin
antara pemerintah dan Bank Indonesia. Termasuk didalamnya adalah
mekanisme pengumuman sasaran inflasi oleh pemerintah bersama-sama dengan
Bank Indonesia. Dengan cara demikian, tidak saja koordinasi dan
komitmen antara pemerintah dan Bank Indonesia akan semakin tinggi,
tetapi juga digunakan publik dalam pencapaian sasaran inflasi yang
ditetapkan juga akan semakin besar.
B. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah
proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus.
Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan
persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah
bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum batang secara
terus-menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya
sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah
merupakan inflasi
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks
harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur
inflasi antara lain :
1.Indeks biaya hidup (consumer price index)
Indeks
biaya hidup mengukur biaya atau pengeluran untuk membeli sejumlah
barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup.
2.indeks harga perdagangan besar (wholesale pirce index)
indeks perdangangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat pedangangan besar.
3.GNP deflator
GNP
deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks di
atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah barang dan
jasa yang mencangkup dalam perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya
bila dibanding dengan dua indeks di atas GNP deflator diperoleh dengn
membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku) dengan GNP rill (atas dasar
harga konstans)
GNP deflator = GNP Nominal x 100
GNP rill
C.Jenis-Jenis Inflasi
1. Jenis Inflasi Menurut Sifatnya
Laju
Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam
satu negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju inflasi
maka dapat dibagi ke dalam tiga kategori yaitu
a..Merayap (creeping inflation)
Ditandai
dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan
harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecit serta dalam
jangka yang relatif lama.
b..inflasi menengah (galloping inflation)
ditantai
dengan kenaikanharga yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek
serta mempunyai siat akselarasi (harga dalam waktu mingguan atau
bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih besar dari pada inflasi
yang merayap (creeping inflation)
c..inflasi tinggi (hyper inflation)
merupakan
inflasi yang paling parah akibatnya harga-harga naik sampai 5 atau 6
kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang sebab
nilai uang merosot dengan tajam seingga ingin ditukarkan dengan uang
sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga naik secara akselerasi.
Biasanya keadaan ini timbul apa bila pemerintah mengalami defisit
anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.
2. Jenis Inflasi Menurut Sebabnya
a. Demand-pull inflation
Inflasi
ini bermula dari adanya kenaikan pemintaan total (agregate demand),
sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau
hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir
kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping kenaikan
harga dapat juga menaikkan hasil produksi (output).
b. Cost-push inflation
Berbeda
dengan demand-pull inflation, cost-push inflation biasanya ditandai
dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang
dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan
adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat
kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul
karena beberapa faktor diantaranya :
- perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan upah
- Suatu
industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat menggunakan
kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi).
- Kenaikan harga bahan baku industri.
3. Berdasarkan Sumber atau Penyebab Kenaikan Harga Inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :
Inflasi
Tarikan Permintaan : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh
pertambahan pengeluaran yang besar yang tidak dapat dipenuhi oleh
kemampuan memproduksi yang tersedia.
Inflasi Desakan Biaya :
kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya produksi
sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah.
Inflasi
Diimpor : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga
barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam negeri.
D. Efek Yang Ditimbulkan Inflasi
1. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek
terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi
ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang
memperoleh endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya
seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang
laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan
riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
2. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi
dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini
dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang
yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi factor produksi
menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam
menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan
suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat
diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari
jumlah output tertentu tersebut.
4. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi
yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi.
Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat
tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan
uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan
pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena
pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat
seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan
ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.
5. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Disamping
menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga
akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu kepada
masyarakat :
a) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c) Memperburuk pembagian kekayaan.
E. Cara Mencegah Inflasi
Dengan
menggunakan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan bahwa inflasi
timbul karena MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu maka untuk
mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V) harus
dikendalikan. Cara mengatur variabel M,V dan T tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang
menyangkut kenaikan produksi.
1. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran
kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar
(M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand
deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara pertama apabila
seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro kemudian yang
kedua apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas
tetapi dalam bentuk giro. Instrumen lain yang dapat dipakai untuk
mencegah inflasi adalah politik pasar terbuka (jual/beli surat
berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan
perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih
rendah.
2. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut
pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara
langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan
total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran
pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total,
sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan
output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat
dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga
impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam
negeri cenderung menurunkan harga.
4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini
dilakukan dengan penentuan ceiling price,serta mendasarkan pada indeks
harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji / upah
secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji / upah juga
dinaikan.
F. Kebijakan Pemerintah Dalam Menghadapi Inflasi
1. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran
kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar
(M). salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposit).
Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang
memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro. Kedua, apabila seseorang
memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk
giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua sifatnya lebih inflatoir
dari cara pertama. Sebab cara pertama hanyalah mengalihkan bentuk saja
dari uang kas ke uang giral
2. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan
ini menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta
perpajakan yang secara lagsung dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijaksanaan ini yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total. Sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan
output dapat memperkecil kenaikan laju inflasi. Kenaikan jumlah output
ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk
sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di
dalam negeri cenderung menurunkan harga.
4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini
dilakukan dengan penentuan ceiling price, serta mendasarkan pada indeks
harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah
secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga
dinaikkan.
G. Kesimpulan
=> Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, inflasi merupakan
masalah ekonomi yang perlu dihadapi dan diatasi. Dalam system pasar
bebas, masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi. Kebijakan
pemerintah perlu dijalankan apabila masalah tersebut timbul. Sesuai
dengan keperluan ini dalam analisis makro ekonomi perlu diperhatikan
dengan lebih baik mengenai masalah tersebut dan bentuk-bentuk kebijakan
pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah inflasi.
=> Secara
kontinu kebijakan pemerintah diperlukan untuk menjaga kestabilan
harga-harga dan mengurangi tingkat pengangguran pada tingkat yang sangat
rendah. Kebijakan pemerintah tersebut dapat dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter. Alat yang
digunakan dalam kebijakan fiskal adalah mengubah pengeluaran pemerintah,
mengubah pajak dan gabungan dari keduanya. Kebijakan moneter dijalankan
dengan mempengaruhi kebijakan penawaran uang dan suku bunga.
=> Kedua bentuk kebijakan pemerintah tersebut sebaiknya dilakukan secara serentak untuk meningkatkan kefektifannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar